SUBUH hampir tiba, Selasa, 15 September 2020. Heri Anto siap untuk menggeber angkot miliknya untuk mengisi bahan bakar. Mengenakan jaket hitam dan celana panjang, pria yang tinggal di Desa Assorajang, Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo pun mulai menjalankan angkotnya. Saat itu susana masih gelap dan jalan masih sepi.
Waktu yang dibutuhkan ayah dua anak untuk sampai ke SPBU tidak lama. Sekitar 5 menit. Jarak rumahnya dengan SPBU kurang lebih 500 meter. Tiba di SPBU, antrian mobil sudah terlihat. Rupanya, pria yang akrab disapa Anto sudah kala cepat.
Pria berkulit hitam manis itu harus antri dibelakang mobil yang sudah ada sejak pukul 03.00 Wita. SPBU Assorajang sendiri baru melayani pembeli pukul 06.00 WITA. Anto pun harus menunggu hampir dua jam supaya tangki angkotnya bisa terisi. Untuk menghilangkan jenuh, sesekali dia turun angkotnya untuk berbincang sesama supir angkot.
Sekira pukul 06.25 WITA, tangki mobil Anto sudah penuh. Dia pun sudah siap mencari penumpang. Entah itu subuh keberapah pria 36 tahun tersebut melakukan “ritualnya”."Untuk dapat bensin (premium) harus datang cepat. Karena kalau tidak begitu, tidak kebagian,"ujarnya.
Anto mengatakan, rela antri untuk mendapatkan BBM jenis bensin (premium). Hal itu karena angkotnya lebih cocok pakai bensin. Selain itu, harganya lebih murah dari jenis BBM yang jadi alasannya."Tidak pernah memang pakai jenis BBM yang lain. Selalu pakai bensin,"ungkapnya.
Anto pun berharap ke depan BBM jenis bensin tidak susah didapat. Sehingga tidak perlu lagi antri sampai berjam-jam. "Harapan saya bensin harganya murah dan gampang didapat. Tidak harus antri seperti sekarang,"harapnya.
Pengurangan Kuota
Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium memang masih menjadi primadona bagi masyarakat. Banyak masyarakat masih menggantungkan hidup dari BBM. Seperti nelayan, supir angkot, hingga petani. Tingginya kebutuhan masyarakat akan BBM tidak diikuti dengan jumlah kuota untuk SPBU.
Seperti SPBU Empagae. Kuotanya untuk BBM jenis premium hanya 8 ribu kiloliter per hari. Pengelola SPBU, Kadir Nongko mengatakan, kebutuhan untuk BBM jenis premium memang tinggi. Karena, kata dia, tak hanya kendaraan untuk didarat tapi juga nelayan dan petani. “Di SPBU Empagae banyak juga nelayan dan petani yang ambil BBM. Karena dekat dari Danau Tempe,”ujarnya.
Pria berbadan tambun itu mengaku, kuota untuk BBM jenis premium memang berkurang. Dulu kuota untuk SPBU 16 kiloliter, kini tinggal 8 kiloliter. “16 kiloliter saja biasa masih kurang. Apalagi saat ini hanya 8 8 kiloliter,”ujarnya.
Road To One Million Barrel
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas terus berupaya untuk mengejar target produksi minyak dan gas bumi 1 juta barel per hari. Pelbagai strategi disiapkan untuk memenuhi target one million barel, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan strategi pertama adalah dengan cara mempertahankan produksi-produksi yang sudah ada.
Strategi kedua, upaya percepatan sumber daya menjadi produksi dan pemberian insentif kepada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) agar mencapai keekonomian yang wajar. "Kami laksanakan analisis kerja sama dengan pihak ketiga melihat adanya potensi di wilyah kerja di masing-masing KKKS percepat agar potensi ini bisa segera dilakukan produksi," katanya dialngsir antaranews.
Lebih lanjut, Dwi mengatakan bahwa strategi ketiga adalah dengan percepatan penerapan chemical enhanced oil recovery (EOR). Dwi berharap agar chemical EOR yang studinya telah dimulai sejak 2000 di Rokan dapat segera dieksekusi. Terakhir (keempat),
SKK Migas menyebutkan bahwa masih terdapat 12 area yang potensial yang terus ditawarkan kepada investor untuk bisa digarap. Kementerian ESDM, kata Dwi, telah menetapkan kebijakan pembukaan data dengan harapan bisa memudahkan calon-calon investor.
"Tiga Sumatra, 3 Kalimantan, 1 Jawa, 1 Sulawesi, 4 di Indonesia timur, termasuk Papua ada 10, dan plus 2 fokus deep water," ungkapnya.(irwan)