PESANKU.CO.ID, MAKASSAR -- Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) yang selama ini dikenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional, kini mulai dipertanyakan sebutan tersebut. Pasalnya, Sulsel kembali menerima bantuan beras impor pada tahun 2024 ini.Pada Oktober 2023 lalu, Sulsel menerima beras impor sebanyak 70.000 ton yang diterima secara bertahap. Baru-baru ini, Sulsel kembali kebagian bantuan 42.000 ton beras yang dikirim bertahap sebanyak 7.000 ton setiap bulan mulai Januari hingga Juni 2024.
Bantuan beras ini merupakan upaya untuk mencukupi cadangan beras. Kepala Dinas Tanaman Hortikultura dan Perkebunan (TPHbun) Provinsi Sulsel, Imran Jausi, mengatakan kebutuhan beras masyarakat di provinsi ini memang sangat besar.Menurut data Badan Pusat Statistik, total produksi padi di Sulsel pada 2022 yaitu 5,36 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) dari 1,04 juta hektar lahan. Sementara produksi padi pada 2023 diproyeksi mencapai 4,94 juta ton Gabah Kering Giling dengan luas 0,97 juta hektar. Produksi ini menurun sebesar 7,78 persen atau 417 ribu ton.
Produksi beras juga menurun. Pada 2022, produksi beras mencapai 3,07 juta ton sedangkan pada 2023 produksinya menurun yakni 2,83 juta ton. Artinya, ada penurunan sebesar 7,78 persen atau 239 ribu ton.Imran mengatakan produksi padi dan beras di Sulsel sebenarnya masih surplus jika hanya menyangkut kebutuhan masyarakatnya. Namun selama ini karena dikenal sebagai lumbung pangan nasional, Sulsel juga memasok beras untuk wilayah lain.
"Kita masih surplus tapi saya selalu mengatakan bahwa Sulawesi Selatan itu tidak boleh memikirkan dirinya sendiri. Kita juga menghidupi beberapa provinsi. Secara akumulasi Indonesia, memang kita turun, akhirnya kebijakan impor yang harus kita ambil oleh pemerintah," kata Imran.
Untuk menjaga produktivitas padi agar hasilnya bisa meningkat, Pemprov Sulsel akan memperbaiki produksi mulai dari hulu. Bukan tidak mungkin swasembada pangan dapat terealisasi.Hal pertama yang harus dibenahi, kata Imran, yakni mulai dari penggunaan benih dan air yang baik. Namun persoalannya, sebanyak 56 persen sawah di Sulsel merupakan sawah irigasi sedangkan 44 persen lainnya adalah sawah tadah hujan.
"Kalau tadah hujan, itu kan paling satu-dua kali kita bisa menaman sementara indeks tanaman kita supaya bisa minimal tiga kali tanam bahkan jika irigasinya bagus, bisa sampai 4 kali. Artinya, indeks pertanaman ini harus dinaikkan," kata Imran.
Maka dari itu, program pemerintah pusat melalui Luas Tambah Tanam sangat mendukung Sulsel karena benar-benar memaksimalkan lahan yang ada.Untuk tahun ini, Sulsel menargetkan produksi beras sebanyak 3,45 juta ton sedangkan produksi padi sebanyak 6,02 juta ton.
Imran mengatakan target tahun ini dinaikkan dibandingkan tahun lalu. Artinya, Sulsel butuh kenaikan produksi hingga 500 ribu ton untuk padi."Dengan adanya kenaikan target ini otomatis ini menjadi pemicu dan pemacu untuk kita memperbaiki untuk supaya target ini bisa tercapai," kata Imran.
Menurunnya produksi padi dan beras karena kondisi banjir dan kekeringan tak dapat dihindarkan. Namun Imran berharap kondisi ini hanya efek dua tahunan."Mudah-mudahan setelah 2022 tinggi, 2023 turun, 2024 harus tinggi sesuai dengan target yang kita tetapkan," kata Imran.(*)