Soekarno Sang Singa Podium

Image credit: Juditha

OLEH : Juditha

Mahasiswa Universitas Indonesia

KEMERDEKAAN Indonesia yang sudah 76 tahun silam diproklamasikan tidak luput dari perjuangan tokoh ternama bangsa kita yaitu Ir. Soekarno. Ribuan pulau dan luasnya negeri kita dapat dipersatukannya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pastinya hal ini menempuh perjalanan panjang, perdebatan konsep dan gagasan, serta pertumpahan darah dari segenap rakyat Indonesia.

Namun satu hal yang tidak luput dari pandangan kita yaitu Soekarno, bagaimana dia bisa memikat hati dan menyatukan lebih dari 105 juta rakyat Indonesia kala itu? Sungguh talenta dan semangat juang yang luar biasa. Pada awalnya, beliau bernama lahir Kusno Sosrodihardjo, namun mengalami pergantian nama akibat sakit demam berkepanjangan sehingga diberikan nama baru yang kita kenal sekarang sebagai Soekarno.

Soekarno adalah seorang orator ulung yang sudah dikenal sampai ke seluruh penjuru dunia. Kelihaiannya dalam berpidato, membangkitkan hati masyarakat dan memikat mereka untuk berada dalam satu misi yaitu merdeka dari penjajahan. Hal ini berkaitan dengan Soekarno yang lahir di tengah kemiskinan dan dibesarkan dalam kemiskinan. Beliau paham betul bagaimana kesengsaraan rakyat Indonesia yang tidak dapat menikmati hasil kekayaan alam dari negerinya sendiri. Penindasan yang dilakukan Belanda menyesakkan hati Soekarno yang kala itu sedang di usia muda dan membara untuk mengentaskan penjajahan dari negeri yang dicintainya.

Beliau juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang karismatik dan mampu mempengaruhi rakyat-rakyatnya untuk menjadi nasionalis yang sejati. Seluruh masyarakat yang sudah mendengar pidatonya pasti langsung terpukau dan semakin membara semangatnya. Persuasive power yang dimilikinya juga dikenal seantero nusantara bahkan Syahrir yang kala itu sempat bertentangan berpendapat dengannya tetap mengakui kehebatan persuasi Soekarno.

Selain itu, dalam segala urusan keseharian dengan rakyat, beliau memiliki signature style yang menjadi tanda pengenal kehadirannya. Apalagi selain kopiah beludru hitam yang beliau kenakan kemanapun Ia pergi. Hal ini juga beliau kenakan sebagai lambang kebangsaan bagi para pejuang kemerdekaan. Dalam segala perjalanannya mengenal masyarakat, beliau juga menyisipkan nilai-nilai nasionalis yang ada dalam Marhaenisme.


Marhaenisme ini juga lahir dari cerminan renungan Soekarno kala itu. Beliau bertemu dengan seorang petani kecil yang sedang mencangkul di tanah miliknya. Tampilannya lusuh, seperti kebanyakan dari rakyat Indonesia di masa itu. Dari situ, muncullah pertanyaan dalam diri Soekarno dan beliau pun bercakap-cakap dengan sang petani yang bernama Marhaen ini. Marhaen adalah seorang petani kecil yang bekerja di ladangnya sendiri, memiliki gubuknya sendiri, dan seluruh hasil ladang itu dicukupkan untuk kebutuhan keluarganya sendiri. Dari situ, munculah ide dalam diri Soekarno untuk menggagas Marhaenisme. Bangsa Indonesia sudah seharusnya dapat menikmati kekayaan negerinya sendiri, bukan dimelaratkan dan dipaksa untuk bekerja kepada orang lain. Kelahiran marhaenisme ini beliau sebut sebagai sosialisme Indonesia dalam bentuk praktik.

Marhaenisme yang digagas oleh Soekarno rupanya semakin membangkitkan gerakan bagi bangsa Indonesia untuk segera lepas dari penjajahan. Soekarno tidak ingin Indonesia merendah diri dan memohon pada pemerintah Belanda untuk mendapatkan kemerdekaan. Baginya, itu sama saja dengan politik berlutut. Beliau pernah mengatakan “Marilah kita sekarang menjalankan politik percaya pada diri sendiri dan tidak mengemis-ngemis”. Itulah yang menjadi gebrakan hebat bagi seluruh rakyat Indonesia untuk menentukan arah followership mereka dan juga mengantarkan Soekarno sebagai pemimpin besar yang disegani semua orang.

Waktu terus berjalan sampai di puncak setelah proklamasi dikumandangkan, itulah tanda bahwa pemerintah bangsa Indonesia sudah memasuki babak awal. Tanpa keraguan, Soekarno dinyatakan menjadi Presiden pertama Republik Indonesia melalui aklamasi yang dilakukan oleh PPKI. Inilah yang menjadi kickstart bagi perjuangan bangsa Indonesia untuk mandiri dalam mengelola pemerintahannya sendiri. Sebagai pemimpin yang visioner, Soekarno sudah memiliki pandangan mengenai bagaimana Indonesia kedepannya.

Setelah sekian lama Indonesia dianggap rendah oleh bangsa lain, disinilah Soekarno hadir dengan salah satu kebijakan kepemimpinan kontemporer yang beliau lakukan saat itu. Beliau mengajukan proposal Indonesia untuk dapat menjadi tuan rumah Asian Games pada 1951 dan 1954. Kedua usaha tersebut rupanya mendapat penolakan karena Indonesia dinilai tidak memiliki infrastruktur yang memadai bagi pesta olahraga Asia terbesar ini. Sampai pada puncak tahun 1958, proposal Indonesia diterima dan Indonesia didapuk menjadi tuan rumah bagi Asian Games 1962 kala itu, walaupun sebenarnya usia Indonesia yang masih muda saat itu cukup membingungkan mengenai bagaimana kapabilitas Indonesia untuk menyelenggarakan acara besar tersebut.

Namun, Soekarno tidak menyerah begitu saja, beliau bergelora untuk mengubah mental bangsa Indonesia yang kala itu rendah diri agar lebih percaya diri dan agar seluruh bangsa Indonesia dapat dihargai di mata dunia. Disinilah beliau langsungkan Politik Mercusuar, dilakukan pembangunan mulai dari Hotel Indonesia, Kompleks Gelora Senayan, Tugu Selamat Datang, Monas, dan masih banyak proyek lainnya. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Soekarno ini adalah keputusan yang berani, mengingat kebijakan ini memberatkan hati Bung Hatta karena Indonesia baru saja merdeka dan perlu perbaikan ekonomi yang segera.

Kita tidak dapat menutup mata pada kemiskinan rakyat Indonesia kala itu, belum lagi ditambah dengan pergolakan politik dari Demokrasi Parlementer menuju Demokrasi Terpimpin, hubungan Soekarno dan Hatta juga merenggang karena perbedaan pendapat mengenai bentuk pemerintahan Indonesia. Hatta menilai, Demokrasi Terpimpin yang digagas oleh Soekarno jauh daripada cita-cita demokrasi dan mengarah kepada kepemimpinan yang diktator. Hatta pun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil presiden.

Soekarno sendiri tetap teguh pendirian untuk melayangkan proyek pembangunan ini, dengan tujuan bahwa kehebatan Indonesia di mata dunia perlu digelorakan. Saat dilakukan pembangunan proyek mercusuar tersebut, Soekarno juga mengedepankan kepemimpinan dalam kolaborasi bersama lebih dari empat puluh sarjana teknik dari Indonesia yang memimpin sekitar 12.000 tenaga kerja teknik sipil agar pembangunan proyek ini dapat berjalan dengan lancar. Tak sampai disitu, Politik Mercusuar ini berlangsung bukan hanya demi kepentingan Asian Games namun digagas lagi GANEFO (Games of The New Emerging Forces).

Sedari Soekarno muda yang belajar untuk berpidato, sampai menjadi orator ulung dan sekarang menjadi tokoh terbesar Indonesia dan dihormati oleh dunia bukanlah hal yang mudah. Tiap tahap dalam kehidupannya, jiwa kepemimpinannya dibentuk. Beliau diasah terus menerus sampai menjadi rupa pemimpin yang karismatik dan dicintai rakyatnya. Hal inilah yang akan terus dikenang oleh bangsa kita, Ir. Soekarno, Sang Singa Podium.(*)

Tags:

Elite author
I think all aspiring and professional writers out there will agree when I say that ‘We are never fully satisfied with our work. We always feel that we can do better and that our best piece is yet to be written’.
View all posts